1


Hanya kata sepatah dua patah, selintas tak perlu ditanggap hati. Sungguhpun tak berarti bukan berarti tak berisi. Penting atau tidak toh terlanjur tertulis,tak salah juga sedikit dinikmati.

..

Kalau Dipikir

Kamis, 18 Agustus 2011

kalau dipikir
sekali lagi, aku tak pernah
membuat puisi untukmu

padahal selama ini kita
duduk dan bercengkerama
tentang aneka macam hal yang hanya dapat
kukisahkan padamu

dan saat malam merajut sepi
aku bersiap pulang sendiri,
namun kutemui kamu dengan gaunmu
terduduk dalam kilau dan sahaja
seorang sahabat
seorang wanita

duhai gadis
kurentetkan batu yang menyumpalku padamu.
kutumpah padamu lelah yang membuatku
ingin lari dan memaki. tak kuhitung waktu berlalu,
hanya wajahmu
malam itu memaku singgah mataku

hai Dewi
bungaku, kutulis memori ini
pada malam penuh deru
pada saat hatiku mulai jadi batu cadas
agar bisa selalu kukenangkan:
Aku cinta padamu !

19-8-2011


Bung

Rabu, 17 Agustus 2011

Bung,

betapa hari ini negaramu melangkah lagi
dengan jas tuanya, mengulang hari jadinya
yang semakin lama makin membuatnya lelah
enam puluh enam dan dia masih tinggal rapuh,
tersenggal dan batuk

Bung, segala selenggara seremoni ini
tak menyembuhkan negaramu,
cintamu, yang bahkan kau dekap
saat melangkah ke liang kubur

Bung
pemimpin kami tuli
pada gema suara terbatuk
dan rintih orang tercekik.
dekil terseok debu
dibuatnya kami menari
sampai gila dengan irama buat-buatan
mereka

ooo
Bung
teringat kami akan cerita kependekaranmu
yang diasingkan karena bicara
yang mati karena bendera
yang darahnya diratapi Garuda

Bung
sepi malam di langit yang kau wariskan
kami merindu bayangmu
juga malu karena tak mampu menjawab harapmu
tak mampu mengingat sejarahmu
tak pelajari petuahmu

kami naikkan bendera
dan kami bubar, biarkan ia berkibar
sendiri
tersaput debu dan ternista waktu

Bung
manakah yang lebih kau sesalkan
wafat meninggalkan negaramu setelah merebutnya kembali
atau mewariskannya pada kami ?

Garudamu terluka dan patah
merah putihmu benar-benar berlumur darah dan retak tulangnya
kami mencintanya
namun tak sanggup menangisinya

tapi pagi ini, kami mengibarkannya
dan tetap berdoa
agar jangan sampai mereka, keparat itu, menjualnya
bersama-sama dengan harga diri dan mimpi-mimpi

17 Agustus 2011


Anjing

Rabu, 10 Agustus 2011

aku berkaca sekali lagi dan memastikan
anjing yang sama masih
menatap keji dari dalam cermin.

wajahnya luka dan matanya buta
namun melankoli meski tak menyembunyikan
taringnya. seperti kasihan ia, pada manusia yang tak
tahu kalau sudah lama kehilangan wajah
untuk dipandang di dalam cermin

dari ufuk terdengar syahdu
doa-doa terbaca. bercampur dengan gonggongan
dan pekik orang mati tercekik.
sekali lagi ia menatapku dengan matanya
yang buta, penuh ironi, karena aku tak punya
cukup alasan untuk lari.

binatang itu terbatuk sekali
memuntahkan sesuatu yang seperti sisa makanannya
tadi pagi. ia menyeringai seperti mau berbagi
pada manusia yang sudah lama kehilangan
alasan keinginan untuk makan.

akhirnya, karena aku tak punya wajah
untuk kuekspresikan padanya,
ia menggonggong pada makluk malang itu
dan lari menuju matahari terbenam,
meninggalkan aku yang retak dan kosong,
berserakan di atas tumpukan bankai
lainnya

11 Agustus 2011