Kamis, 03 Desember 2009
Aku sudah lupa bagaimana kau
menggigitku dengan waktu yang
kau asah di batu-batu kebencianmu.
Desah Embun dan kincir matamu
membisu, menikamku pekat dengan
rindu, dendam dan haru yang lama
kau tahan. Aku terpaku. Kau
terpincang menjauhiku, lari dari perut
pantai yang mendesah dimesra laut.
Darah mengalir dari senyummu,
air mata dari tawamu. Kebencian
di urat matamu terbaca jelas,
seolah ingin menyakiti cintaku
yang lama kehilanganmu.
Tampias hujan meradang di bumi.
Kau menangis dalam sepi.
Aku bau orang mati.
Pada keringat dan air matamu
yang bersatu dengan hujan, aku
berkaca. Gelap. Tak ada apa-
apa selain cinta yang kehilangan
api. Kau luka. Aku tidak
punya daging lagi untuk menutupinya.
Maafkan aku. Puisi ini untukmu.
Semoga ia bisa memeluk sepimu
karena dulu tak pernah kulakukan itu.
4/11/09
sore di refter SWB
0 komentar:
Posting Komentar