Sabtu, 19 Desember 2009
Di malam penuh nyamuk baris-
baris puisi ini kutulis untukmu,
dirimu Eleana, tempat peziarahan hatiku dan
pucuk-pucuk daunan rinduku
ketika hari gelap tiba dan
rembulan merajang-rajang cangkir harapan
kau tahu, tentu kau tahu kalau
warna matamu memancar dalam sisa puing-
puing imajinasiku, melesatkan haru dan tawa
yang mengendap di tulang-tulang rusukku, mengembang menjadi kelopak sayap
itulah, aku mengingat dirimu
(ah! pembicaraan ini lagi!)
tanpa kabar dan cerita dariku tentu
kau tahu, itulah, hati lelaki melupa semua selain
bingkai merah bibir wanitanya
menguncup, mesra, lembab seperti teratai gunung dan
embun yang menitis turun
siapa entah yang sanggup mendapat tahu
Eleana, kalau baris-baris kata perpisahan
kita dulu, mencakar liang-liang nadiku sekaligus
melesakkan malam-malam hitam ke
dalam segenap mimpiku, ah, tentu saja
ini bukan kehendak kita, tapi toh
tetap saja, itulah, aku harus pergi
kepada ombak di lautan darah yang memukul telanjang tubuhku
kau tahu, itulah, tentu kau tahu kalau
baris-baris sajak ini tak
akan bergerak dan terbacakan pada meja kerjamu apalagi
hatimu, akar-akar kerinduanmu yang tak terjamah
tapi tak apa, tak ada salahnya
saat nanti kau merasakan angin rindu di baris-
baris sajak ini, kau tahu, kau tentu selalu tahu
kalau bangkaiku tetap menunggu lawatanmu
meja studi unit 1, SWB
11 Agustus 2009
0 komentar:
Posting Komentar