Jumat, 28 Januari 2011
Kapiten, lelaki sejati duduk sendiri dinaung sepi
apa entah isi hatinya, menelan masa lalu
meresah apa seakan tersenyum sendiri
mengeluhkan apa pada dinding retak kamarmu
lumpur medan laga beribu di bawah kakimu
musuh macam apa jua berlutut padamu
kakimu tegak berlari menerjang, menjagal
dadamu terpasang bintang-bintang, dan luka-luka peluru
kini menunggu waktu berlalu di jendela kamarmu
ditinggalkan laskar yang kau pimpin
dibuang atasan yang kau abdi
meski bukan karena durhaka
medan laga memujamu
namun dunia tak siap memilikimu
lantaran terlampau perkasa engkau bagi mereka.
dibuang benteng yang kau lindungi
bagaimana rasanya?
semoga kuat hatimu menyaksikan
laskarmu berlari setiap pagi dari jendela.
yang tersisa untukmu, bendera itu
dan sekadar cerita masa lalu
Kapiten, menutup buku catatannya
mengubur semua medalinya dan
mengisi peluru lagi
lalu pergi ke medan laga yang baru
sendiri